Monday, October 5, 2009

manusia malaikat

kau mencuba menjadi seorang malaikat,
tapi ketika ku berpaling ternyata kau tetap manusia,
yang tersepit di lorong bersilang

kau tetap cuba menjadi seorang malaikat,
yang sombongnya tiada tara,
yang punya darah merah, dan segumpal hati hitam …
yang bijak menghakim,
menutup coret basi yang dipalit simpati
jalan mendabik megah dan bernyanyi
dan kau cuba susun bunga bunga tuhan
meskipun menghantar mayat ke kubur

ya manusia malaikat, ingin ku bertanya:
sedang pergikah kau atau pulang?
sedang berdiri mula atau di hujung garis pangkal?

haish

kau terlalu sombong untuk melihat
kerana terlalu sibuk menjadi malaikat...

ya manusia malaikat yang menjelma,
maaf, aku tidak sempat untuk menyapa...
kalian itu siapa?

Tiada Judul II

kelmarin, aku bertemu dengan rindu
ia tersenyum malu, sungguh, ia terkejut bertemu denganku
pipinya merah jambu bersemuka meskipun tubuhnya kini membiru
urat letih membayangi kerendut wajah
seperti ada kelam mendentami hatinya
kupikir ia sudah terbang, kembali pada Tuhannya

"mengapa saja tidak kau selimuti dirimu dengan pasrah
dan pulang pada Tuhanmu?"
tanyaku pada rindu

“aku tak tahu.” jawab rindu
“rasanya ini tak semudah yang kau bilang dulu.”

terakhir kami bertemu, ia sesat jauh ke kaki langit ketujuh
mengetuk pintu arasyNya sepenuh cita seluas benua
tak sedetikpun ia menoleh ke bumi yang dipenuhi
berbunga-bunga cinta yang merasuk, membusuk dan lapuk

lalu kuhitung satu, dua, tiga umurku
namun tak kudapati waktu di mana aku pernah bertemu dengan
rindu, ia kini begitu membiru
dan aku tak tahu bagaimana harus berlaku

duhai!
rinduku sayang, rindunya cinta,
aku kehilangan daya untuk mengeja
tak kira bagaimana bayang yang harus kusapa

rindu menangkap sanubariku
bersama matahari dan bintang yang tiba-tiba jatuh

“tak apa.” rindu tersenyum seolah-olah tahu
“tunjukkan saja aku ke mana air mengalir, di mana fajar beredar.
mungkin kau kehilangan sayap, tapi kau punya bumi untuk berpijak.”

kulepas genggamku pada rindu
lalu berjuta kupu-kupu terbang ke langit biru
mereka tampak begitu syahdu

apakah mereka menjemput rindu?
akankah mereka membawa rindu?
ataukah mereka jelmaan rindu?

tidak!
lalu siapa yang akan menjala recik-recik air
dan menebar hangat mentari sang fajar?
meskipun hanya sebongkah rindu yang membiru,
ialah yang mengajarkanku ertinya bertahan hidup!
: bukan membiarkan rindu merejam-rejam rapuhnya jiwa,
sekadar mengukir waktu dengan gemalai yang dijelang beku
berteman lidah yang kelu
maka cinta yang merasuk kelak membusuk dan lapuk
inilah bukti sejatinya apabila rindu menjelma dan pasrah yang kian
merekah

kaki langit telah penuh dengan kupu-kupu
terdengar lagi senandung yang dulu
itulah dia rindu :)